Infokeuanganqu.blogspot.com – Dilansir dari CNBC Indonesia mengenai “Gegara Minyak, Mayoritas Bursa Asia Dibuka Merana”. Menurut Keith Lerner, Co Chief Investment Officer pada Truist Advisory Services, menyatakan bahwa kenaikan harga minyak dapat menekan inflasi. Ini mungkin memaksa bank sentral Amerika Serikat atau biasa yang dikenal dengan sebutan Federal Reserve (The Fed) untuk lebih berusaha dalam menekan inflasi.
Berdasarkan CME Fedwatch menunjukkan bahwa 93% investor memprediksi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% dalam pertemuan bulan September. Sebagian kecil, sekitar 7%, memperkirakan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Kenaikan tersebut terjadi karena Imbal hasil yield US Treasury tenor 10 tahun mengalami kenaikan signifikan, mencapai 4,27%, yang lebih tinggi dari hari sebelumnya yang mencapai 4,17%. Ini adalah tanda bahwa pasar obligasi sedang mengalami volatilitas.
Sehingga pad bulan september dikenal sebagai bulan yang cenderung sulit bagi pasar saham AS. Terdapat istilah "cruel September" karena sejarah menunjukkan bahwa kinerja pasar saham AS seringkali negatif pada bulan ini. Rata-rata, indeks S&P 500 turun sekitar 0,54% pada bulan Agustus sejak tahun 1950, dan rata-rata turun sekitar 0,6% selama lebih dari 20 tahun.
Beberapa peristiwa penting dalam sejarah, seperti "bubble.com" crash pada tahun 2000 dan serangan 9/11 pada tahun 2001, juga terjadi pada bulan September, yang mengakibatkan penurunan tajam di pasar saham AS.
Secara
keseluruhan, paragraf tersebut membahas perubahan ekonomi dan finansial saat
ini, ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed, serta catatan
historis yang menunjukkan bahwa bulan September seringkali menjadi bulan yang
challenging bagi pasar saham AS.
source : www.cnbcindonesia.com/
0 komentar:
Posting Komentar